Dalam benak saya dahulu tertanam seperti ini “Lebih baik laki-laki mencintai
kita karena lama kelamaan kita akan bisa belajar untuk mencoba mencintai dia.
Dibandingkan kamu mencintai dan mengejar laki-laki karena bila cinta itu tidak
berbalas maka akan membuat kita, kaum perempuan menjadi sakit hati”. Setujukah
anda dengan statement ini?
Mungkin saja hal itu ada benarnya tetapi bisa saja hal tersebut juga bukan hal
yang benar. “Relationship” merupakan hubungan yang dijalin oleh dua orang yang
terlibat di dalamnya. Kedua pihak “Saling” dan bukan hanya dari satu pihak
saja. Saling memotivasi, saling membnatu, saling melengkapi satu sama lainnya.
Relationship hubungan 2 arah seperti dalam komunikasi dan bukan hanya satu
arah. Bayangkan bila hanya 1 pihak saja yang mencintai, apakah itu bsisa
disebut sebagai hubungan? Jika hanya 1 pihak yang terus memberi dan pihak lain
hanya menerima tanpa ada perasaan dan tidak ada komitmen, apakah itu bisa
disebut sebagai Relationship?
Mungkin karena keinginan pribadi untuk ada seseorang pendamping atau tekanan
dari lingkungan sosial di sekitar kita membuat para wanita terkadang
terburu-buru untuk memulai hubungan dan meresmikan hubungan dengan pria. Bahkan
sekarang, pihak wanita banyak yang “Nembak” duluan atau menyatakan perasaan
kepada pria yang sudah tidak dianggap hal tabu seperti dahulu.
Tetapi mungkin masih ada juga para wanita yang masih memegang prinsip bahwa
sudah sewajarnya pria-lah yang memulai dan “memperjuangkan” wanita, bukan
sebaliknya. Tetapi sekarang banyak hal berubah, persepsi orang terus berubah
dengan keadaan yang ada.
Alasan mengapa pria harus menyatakan cinta mungkin bisa dibilang benar
karena pada dasarnya seorang pria diciptakan untuk menjadi pemimpin dan kepala
keluarga. Pria memang didesain untuk menjadi seorang “Pejuang”. Jika seorang
pria mempunyai satu tujuan dan dia melihat bahwa sesuatu itu penting untuk
diperjuangkan, mka dia akan maju dan “berjuang” dengan sendirinya.
Hal ini juga berlaku dalam hubungan dengan wanita. Seorang pria mungkin
membutuhkan nasehat dan motivasi dari pihak lain dalam memulai serta membina
hubungan dengan wanita yang ingin didekati karena tidak semua pria terbiasa
bergaul dengan banyak teman wanita atau mengetahui bagaimana cara bersikap pada
seorang wanita yang spesial.
Namun ini adalah sebuah proses yang wajar dan harus dilalui oleh seorang pria
agar dia dapat bersikap sepeerti apa yang seharusnya seorang pria lakukan. Jika
pihak wanita terburu-buru dan mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya
dilakukan oleh pria, ada beberapa konsekuensi yang mungkin akan menjadi sesuatu
yang mengganjal di hati salah satu pasangan atau keduanya dan menjadi masalah
di kemudian hari karena hal ini tidak sesuai dengan rancangan awal-Nya tentang
peranan pria dan wanita.
Mungkin saja statement itu tidak sepenuhnya benar karena sebuah “Relationship”
merupakan hubungan yang dijalin oleh seorang pria dan wanita yang saling
mencintai. Mungkin nasehat di atas popular pada generasi orang tua atau kakek
nenek kita terutama saat seorang wanita ingin memutuskan dengan siapa dia akan
menikah. Namun menuruti nasehat itu sepenuhnya juga bisa berarti gambling,
karena jika seorang wanita mau saja menikah asalkan pihak prianya “Cinta Mati”
pada dia (sementara dia tidak mempunyai perasaan apapun), dia tidak tahu pasti
apakah nantinya dia juga akan mencintai pria ini atau tidak. Kalau iya bagus,
tetapi kalau tidak?
Padahal pernikahan adalah komitmen seumur hidup, 24 jam sehari, 7 hari
seminggu, setiap hari mereka akan terbangun di tempat tidur yang sama. Apakah
bukan “Penderitaan” namanya jika kita terpaksa harus menghabiskan sisa hidup
kita dengan seseorang yang tidak kita cintai? Belum lagi konsekuensi psikologis
yang mungkin timbul karena pasangan anda merasa tertipu ketika mengetahui bahwa
anda tidak pernah mencintainya.
Memang cinta bukanlah satu-satunya alasan untuk menikah, cinta juga bukan
satu-satunya dasar bagi sebuah relationship karena dalam pernikahan, cinta
harus bergandengan tangan dengan komitmen, saling menghormati dan tanggung
jawab. Namun tanpa cinta, sebuah relationship bukanlah hubungan yang dalam dan
bermakna. Karena Dia menginginkan seorang pria dan seorang wanita yang Dia
satukan dalam pernikahan dapat hidup berbahagia, dan rancanganNya tentang
pernikahan itu indah.
Mengapa kita mau menerima kualitas yang tidak terlalu baik padahal Dia ingin
kita menikmati kualitas yang terbaik?
Mencintai atau
dicintai? Dua-duanya adalah hal baik asal dilandasi komitmen dan saling
melengkapi satu sama lain.
Kerennn :D mampir balik yaak ke blog aku :D
ReplyDeletekeep posting^^b
Makasi de.. :)
Deleteuda mampir n kasi komen juga.. ~ Thanks ya..