19 May 2013

Mencintai atau Dicintai?




                Dalam benak saya dahulu tertanam seperti ini “Lebih baik laki-laki mencintai kita karena lama kelamaan kita akan bisa belajar untuk mencoba mencintai dia. Dibandingkan kamu mencintai dan mengejar laki-laki karena bila cinta itu tidak berbalas maka akan membuat kita, kaum perempuan menjadi sakit hati”. Setujukah anda dengan statement ini?


                Mungkin saja hal itu ada benarnya tetapi bisa saja hal tersebut juga bukan hal yang benar. “Relationship” merupakan hubungan yang dijalin oleh dua orang yang terlibat di dalamnya. Kedua pihak “Saling” dan bukan hanya dari satu pihak saja. Saling memotivasi, saling membnatu, saling melengkapi satu sama lainnya.

                Relationship hubungan 2 arah seperti dalam komunikasi dan bukan hanya satu arah. Bayangkan bila hanya  1 pihak saja yang mencintai, apakah itu bsisa disebut sebagai hubungan? Jika hanya 1 pihak yang terus memberi dan pihak lain hanya menerima tanpa ada perasaan dan tidak ada komitmen, apakah itu bisa disebut sebagai Relationship?

                Mungkin karena keinginan pribadi untuk ada seseorang pendamping atau tekanan dari lingkungan sosial di sekitar kita membuat para wanita terkadang terburu-buru untuk memulai hubungan dan meresmikan hubungan dengan pria. Bahkan sekarang, pihak wanita banyak yang “Nembak” duluan atau menyatakan perasaan kepada pria yang sudah tidak dianggap hal tabu seperti dahulu.

                Tetapi mungkin masih ada juga para wanita yang masih memegang prinsip bahwa sudah sewajarnya pria-lah yang memulai dan “memperjuangkan” wanita, bukan sebaliknya. Tetapi sekarang banyak hal berubah, persepsi orang terus berubah dengan keadaan yang ada.

                Alasan mengapa pria harus menyatakan cinta mungkin bisa dibilang benar  karena pada dasarnya seorang pria diciptakan untuk menjadi pemimpin dan kepala keluarga. Pria memang didesain untuk menjadi seorang “Pejuang”. Jika seorang pria mempunyai satu tujuan dan dia melihat bahwa sesuatu itu penting untuk diperjuangkan, mka dia akan maju dan “berjuang” dengan sendirinya.

                Hal ini juga berlaku dalam hubungan dengan wanita. Seorang pria mungkin membutuhkan nasehat dan motivasi dari pihak lain dalam memulai serta membina hubungan dengan wanita yang ingin didekati karena tidak semua pria terbiasa bergaul dengan banyak teman wanita atau mengetahui bagaimana cara bersikap pada seorang wanita yang spesial.

                Namun ini adalah sebuah proses yang wajar dan harus dilalui oleh seorang pria agar dia dapat bersikap sepeerti apa yang seharusnya seorang pria lakukan. Jika pihak wanita terburu-buru dan mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya dilakukan oleh pria, ada beberapa konsekuensi yang mungkin akan menjadi sesuatu yang mengganjal di hati salah satu pasangan atau keduanya dan menjadi masalah di kemudian hari karena hal ini tidak sesuai dengan rancangan awal-Nya tentang peranan pria dan wanita.

                Mungkin saja statement itu tidak sepenuhnya benar karena sebuah “Relationship” merupakan hubungan yang dijalin oleh seorang pria dan wanita yang saling mencintai. Mungkin nasehat di atas popular pada generasi orang tua atau kakek nenek kita terutama saat seorang wanita ingin memutuskan dengan siapa dia akan menikah. Namun menuruti nasehat itu sepenuhnya juga bisa berarti gambling, karena jika seorang wanita mau saja menikah asalkan pihak prianya “Cinta Mati” pada dia (sementara dia tidak mempunyai perasaan apapun), dia tidak tahu pasti apakah nantinya dia juga akan mencintai pria ini atau tidak. Kalau iya bagus, tetapi kalau tidak?

                Padahal pernikahan adalah komitmen seumur hidup, 24 jam sehari, 7 hari seminggu, setiap hari mereka akan terbangun di tempat tidur yang sama. Apakah bukan “Penderitaan” namanya jika kita terpaksa harus menghabiskan sisa hidup kita dengan seseorang yang tidak kita cintai? Belum lagi konsekuensi psikologis yang mungkin timbul karena pasangan anda merasa tertipu ketika mengetahui bahwa anda tidak pernah mencintainya.

                Memang cinta bukanlah satu-satunya alasan untuk menikah, cinta juga bukan satu-satunya dasar bagi sebuah relationship karena dalam pernikahan, cinta harus bergandengan tangan dengan komitmen, saling menghormati dan tanggung jawab. Namun tanpa cinta, sebuah relationship bukanlah hubungan yang dalam dan bermakna. Karena Dia menginginkan seorang pria dan seorang wanita yang Dia satukan dalam pernikahan dapat hidup berbahagia, dan rancanganNya tentang pernikahan itu indah.

                Mengapa kita mau menerima kualitas yang tidak terlalu baik padahal Dia ingin kita menikmati kualitas yang terbaik?

Mencintai atau dicintai? Dua-duanya adalah hal baik asal dilandasi komitmen dan saling melengkapi satu sama lain.


2 comments:

  1. Kerennn :D mampir balik yaak ke blog aku :D
    keep posting^^b

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasi de.. :)
      uda mampir n kasi komen juga.. ~ Thanks ya..

      Delete

Terima Kasih Telah Berkunjung ke Blog Saya ^^,

Dilarang meninggalkan Link Atif atau Hidup ya.